Usai menonton Mentor Millenia, si cengeng (baca: gembeng, kuat menangis) terfikir sesuatu. Melihat kemenangan, melihat air mata yang tumpah saat pengumuman pemenang dibuat, saat ibubapa si pemenang juga menangis, lantas air mata si cengeng juga mengalir jatuh perlahan. Mengapa? Apa yang ingin ditangisi? Bukankah ia air mata kemenangan?
Si cengeng pernah menemani rakannya di saat detik pernikahan. Usai sahaja Tok Kadi dan saksi-saksi mengucapkan "Sah...!!!" mengalir deras air mata si isteri. Mengapa? Bukankah ia air mata kegembiraan?
Acapkali menonton wayang, tidak kiralah elemen sedih, gembira, ketawa, suka, duka pasti akan ada detik sebak di hati si cengeng hatta menonton wayang kartun sekalipun. Mengapakah? Terlebih emosi atau terlebih menjiwai? Kenapa sedih duka kita menangis? Kenapa gembira tersuka kita menangis juga? Adakah itu sandiwara atau mengada-ada?
Mudah...bahagia dan derita itu terpisah dek satu garisan halus sebagai pemisah. Sebagaimana sedihnya seseorang itu menangis kemudian tertawa, begitu jugalah sebaliknya. Kerana apa? Garisan itu kita jua yang memilihnya. Pilihan kita untuk mengusir atau membiarkan sahaja garis pemisah derita dan bahagia itu...
You can choose, Smile :(; its your choice.
;) Sekian, coretan usang si cengeng dengan kisah dongengnya. ;)
No comments:
Post a Comment